Indonesia semakin memposisikan dirinya sebagai pemain kunci dalam diplomasi regional dan global, menekankan multilateralisme dan partisipasi aktif dalam organisasi internasional. Peran Kementerian Luar Negeri sangat penting dalam meningkatkan jangkauan diplomatik Indonesia, dengan fokus pada diplomasi ekonomi dan pertukaran budaya untuk memperkuat ikatan bilateral. Selain itu, integrasi strategi soft power telah disorot sebagai sarana untuk meningkatkan citra global Indonesia dan mendorong kerjasama dalam berbagai isu, termasuk perubahan iklim dan keamanan. Namun, tantangan tetap ada, seperti menavigasi dinamika geopolitik yang kompleks dan memastikan pembangunan berkelanjutan dalam keterlibatan diplomatiknya. Secara keseluruhan, dekade terakhir mencerminkan komitmen Indonesia terhadap kebijakan luar negeri yang proaktif dan inklusif yang berupaya menyeimbangkan kepentingan nasional dengan tanggung jawab global.
Perjalanan diplomasi Indonesia selama 10 tahun telah ditandai dengan beberapa tonggak penting yang mencerminkan perannya yang berkembang di panggung global. Dalam rangka merayakan 10 Tahun perjalanan diplomasi Indonesia, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyelenggarakan kuliah umum secara serentak di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Untuk Jawa Tengah, FISIP UNWAHAS ditunjuk sebagai Tuan Rumah kegiatan 10 Tahun perjalanan Diplomasi Indonesia, yang digelar pada hari Selasa/ 20 Agustus 2024. Berbicara tentang Diplomasi Indonesia, awalnya negara ini berfokus pada penguatan hubungan bilateral, khususnya dengan negara-negara tetangga Asia Tenggara, untuk meningkatkan stabilitas regional dan kerjasama ekonomi. Ini diikuti oleh partisipasi aktif Indonesia dalam forum multilateral, seperti ASEAN dan G20, di mana ia menganjurkan aksi kolektif pada isu-isu global yang mendesak seperti perubahan iklim dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Pencapaian penting adalah kepemimpinan Indonesia dalam mempromosikan konsep “diplomasi inklusif,” yang menekankan pentingnya melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat sipil dan sektor swasta, dalam proses diplomatik. Selain itu, komitmen Indonesia terhadap misi penjaga perdamaian dan penyelesaian konflik di wilayah seperti Laut China Selatan telah menggarisbawahi aspirasi dan tanggung jawab diplomatik. Secara keseluruhan, tonggak sejarah ini menggambarkan pendekatan strategis Indonesia terhadap diplomasi, menyeimbangkan kepentingan nasional dengan tanggung jawab global.
Selama dekade terakhir, diplomasi Indonesia telah berkembang secara signifikan, ditandai dengan pergeseran ke arah pendekatan yang lebih tegas dan beragam. Studi terbaru menyoroti upaya Indonesia untuk meningkatkan posisi globalnya melalui partisipasi aktif dalam organisasi internasional dan forum regional, mencerminkan komitmen terhadap multilateralisme dan kerja sama dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim dan masalah keamanan (Ganewati, 2017) . Selain itu, Indonesia telah berfokus pada penguatan hubungan bilateral, khususnya dengan kekuatan besar, untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan kemitraan keamanan . Strategi diplomatik negara itu juga termasuk mempromosikan diplomasi budayanya, yang bertujuan untuk meningkatkan soft power dan menumbuhkan saling pengertian. Namun, tantangan tetap ada, termasuk menavigasi ketegangan geopolitik yang kompleks di kawasan Asia-Pasifik dan menyeimbangkan kepentingan nasionalnya dengan ekspektasi internasional . Secara keseluruhan, evolusi diplomatik Indonesia menunjukkan perpaduan strategi tradisional dan inovatif yang bertujuan memposisikan bangsa sebagai pemain kunci di panggung global.
Selama dekade terakhir, diplomasi Indonesia telah berkembang secara signifikan, ditandai dengan berbagai inisiatif strategis di berbagai bidang. Dari 2019 hingga 2020, peran Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB menyoroti komitmennya untuk memerangi terorisme melalui kerja sama internasional dan mekanisme penegakan hukum. Bersamaan dengan itu, diplomasi budaya telah memainkan peran penting, dengan mempromosikan Batik dan Tenun Endek sebagai simbol warisan Indonesia, secara efektif meningkatkan soft power bangsa di forum global seperti ASEAN dan APEC (Evi. S, 2024).
Selain itu, Indonesia telah berfokus untuk melindungi hak-hak pekerja migrannya di Malaysia, yang berpuncak pada Nota Kesepahaman pada tahun 2022 yang menggarisbawahi upaya diplomatiknya dalam advokasi hak asasi manusia. Penyelesaian sengketa perbatasan darat dengan Timor Leste di bawah Presiden Joko Widodo lebih menggambarkan komitmen Indonesia terhadap diplomasi bilateral, mencapai kesepakatan signifikan tentang demarkasi perbatasan. Upaya diplomasi publik bertujuan untuk mempromosikan mode Indonesia secara internasional, menunjukkan potensi industri kreatif dalam meningkatkan citra global bangsa. Secara kolektif, inisiatif ini mencerminkan pendekatan multifaset terhadap diplomasi yang menyeimbangkan kepentingan budaya, kemanusiaan, dan geopolitik.
Indonesia saat ini menghadapi beberapa tantangan diplomatik yang berasal dari dinamika regional dan global. Salah satu masalah yang signifikan adalah ketegangan yang sedang berlangsung di Laut China Selatan, di mana Indonesia harus menavigasi klaim teritorialnya sambil mengelola hubungan dengan China dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, yang memperumit posisinya sebagai pemimpin regional . Selain itu, peran Indonesia dalam forum internasional, seperti G20, ditantang oleh kebutuhan untuk menyeimbangkan prioritas domestiknya dengan ekspektasi global, terutama mengenai perubahan iklim dan pemulihan ekonomi pasca-COVID-19. Selain itu, kebangkitan nasionalisme di Indonesia menimbulkan tantangan bagi kebijakan luar negerinya, karena pemerintah harus mendamaikan sentimen domestik dengan kebutuhan kerja sama internasional. Terakhir, upaya Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral, terutama dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Australia, sering terhalang oleh keluhan sejarah dan persaingan geopolitik kontemporer . Tantangan yang beragam ini mengharuskan Indonesia untuk mengadopsi pendekatan strategis dan bernuansa diplomasinya.
_____oOo____
Penulis:
Anna Yulia Hartati, S.IP, MA
Wakil Dekan Fisip dan Dosen Hubungan Internasional , Universitas Wahid Hasyim Semarang, Candidat Doktor Ilmu Sosial FISIP UNDIP
Leave a Comment