Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim kembali memperkuat komitmennya dalam pengembangan budaya damai melalui penyelenggaraan Pelatihan Transformasi Pribadi pada 28–30 November 2025 di Peace Place Pati, sebuah pusat pelatihan dan pendidikan yang berjejaring dengan pendekatan Alternatives to Violence Project (AVP) dan bekerja sama erat dengan Friends Peace Teams. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan perdamaian (peacebuilding) yang sejak 2023 telah dijalin melalui kemitraan resmi antara Unwahas dan Peace Place Pati.

Dalam pelatihan ini, salah satu dosen Hubungan Internasional Unwahas, Wahyu Arif Raharjo, menjadi fasilitator utama. Ia telah aktif sebagai fasilitator AVP sejak 2022 dan memiliki pengalaman memimpin pelatihan internasional di Filipina, Vietnam, serta Pattani, Thailand Selatan. Keikutsertaannya memperkuat peran akademisi Unwahas dalam mendorong pendidikan perdamaian berbasis praktik.

Kegiatan ini juga melibatkan 9 mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, yang mengikuti rangkaian pelatihan sebagai bagian dari integrasi kurikulum pada mata kuliah Keamanan dan Perdamaian Internasional, Organisasi dan Administrasi Internasional, serta Teori Hubungan Internasional (2). Partisipasi mahasiswa ini tidak hanya menjadi bentuk pembelajaran luar kampus, tetapi juga merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang dilaksanakan bersama dosen.

Pelatihan Transformasi Pribadi memperkenalkan konsep manajemen konflik, pengembangan budaya damai, serta keadilan sosial melalui pendekatan psikologi perkembangan, ketangguhan trauma, konseling sebaya, dan resolusi konflik. Prosesnya dimulai dengan mengenali kekuatan diri sebagai fondasi membangun budaya damai pada tingkat individu. Para mahasiswa mengaku mendapatkan pengalaman berharga. “Dari sini, kami melihat bahwa kegagalan dan masalah bukanlah label, tetapi justru menunjukkan kekuatan—bahwa kita semua bisa berubah dan bangkit dari masa-masa sulit itu sendiri,” ungkap salah satu peserta.

Program ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Peace Place Pati dengan dukungan pendanaan dari Friends Peace Teams. Seluruh mahasiswa peserta mendapatkan beasiswa mengikuti pelatihan dan melalui proses seleksi oleh panitia penyelenggara. Sejak awal kemitraan, Unwahas dan Peace Place Pati telah berkolaborasi dalam beragam kegiatan, termasuk Power of Goodness, pelatihan budaya damai, serta pelatihan calon fasilitator. Salah satu program yang turut mendukung penguatan kapasitas mahasiswa adalah pendanaan DIPA Unwahas untuk Training for Facilitators dalam rangka mengembangkan peacebuilders di kalangan mahasiswa di Kota Semarang.

Melalui pelatihan ini, FISIP Unwahas menegaskan kembali komitmennya untuk membangun generasi muda yang memiliki sensitivitas terhadap isu perdamaian, kemampuan mengelola konflik, serta kesiapan berkontribusi sebagai agen perubahan dalam masyarakat.

— FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang

Semarang, 25 Juni 2025 — Sebanyak 64 mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) mengikuti pelatihan Soft Skill Table Manner Course yang diselenggarakan pada Rabu, 25 Juni 2025, bertempat di Hotel Patra Semarang & Convention.

Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan kompetensi non-akademik mahasiswa, khususnya dalam aspek etika perjamuan dan etiket internasional, yang sangat penting dalam dunia diplomasi dan hubungan antarnegara.

Pelatihan dipandu langsung oleh Bapak Ratno, SE, seorang profesional di bidang etiket perjamuan dan hospitality. Acara ini juga dihadiri oleh Dr. Anna Yulia Hartati, S.IP, M.A, dosen pengampu mata kuliah Praktek Diplomasi, yang menekankan pentingnya penguasaan table manner sebagai bekal karier di ranah hubungan internasional, baik dalam forum diplomatik, kegiatan protokoler, maupun acara kenegaraan.

“Table manner bukan sekadar aturan makan, tetapi mencerminkan karakter, profesionalisme, dan kesiapan seseorang dalam representasi formal di level global,” ujar Dr. Anna dalam sambutannya.

Selama pelatihan, para mahasiswa tidak hanya memperoleh materi teoritis, tetapi juga langsung mempraktikkan bagaimana bersikap, berbicara, hingga menggunakan alat makan secara benar dalam berbagai format jamuan resmi.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Jurusan Hubungan Internasional Unwahas dalam membekali mahasiswa dengan kemampuan holistik tidak hanya unggul dalam teori, tetapi juga siap tampil percaya diri dalam berbagai situasi internasional.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wahid Hasim (UNWAHAS) baru-baru ini menyelenggarakan kuliah dosen tamu mengenai Indonesia dan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang disampaikan oleh Leonard Felix Uta Barat, mantan Konsul Jenderal RI di Toronto, Kanada.

Kuliah ini mencakup berbagai topik, termasuk aplikasi Indonesia untuk keanggotaan di OECD, potensi manfaat keanggotaan, dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memenuhi standar tinggi OECD. Permohonan Indonesia untuk Keanggotaan OECD

Indonesia secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan di OECD pada tahun 2021. OECD adalah sebuah kelompok yang terdiri dari 38 negara maju yang bekerja sama untuk mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Keanggotaan di OECD akan memberikan Indonesia akses ke sejumlah manfaat, termasuk:

  • Peningkatan peluang perdagangan
  • Peningkatan investasi asing
  • Praktik tata kelola pemerintahan yang lebih baik

OECD adalah sumber daya yang berharga bagi negara-negara anggotanya. OECD menyediakan platform bagi mereka untuk berbagi praktik-praktik terbaik, berkolaborasi dalam inisiatif kebijakan, dan akses ke banyak data dan keahlian. Keanggotaan di OECD juga dapat membantu meningkatkan profil suatu negara di panggung internasional dan menarik investasi asing.

Namun, ada juga beberapa tantangan yang terkait dengan keanggotaan OECD. Indonesia harus memenuhi standar tinggi OECD untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Hal ini akan membutuhkan reformasi yang signifikan di beberapa bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Pembicara juga menekankan pentingnya diplomasi dan hubungan masyarakat dalam mempromosikan kepentingan Indonesia di panggung dunia. Indonesia harus mampu mengkomunikasikan pesannya secara efektif dan melawan stereotip negatif.

Secara keseluruhan, kuliah ini memberikan gambaran yang berharga mengenai potensi keuntungan dan tantangan keanggotaan Indonesia di OECD. Keanggotaan di OECD akan menjadi langkah maju yang signifikan bagi Indonesia, tetapi juga membutuhkan kerja keras dan komitmen yang besar.

–– Areif Prasetyo, Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang, Ketua Aswaja Muda Universitas Wahid Hasyim Semarang.